Faktor orang tua dan lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi sifat anak

Lingkungan rumah yang tidak menguntungkan dapat menjadi faktor yang memengaruhi anak-anak untuk menjadi psikopat. Lain halnya, jika rumah tangga telah mengurangi cinta dan cinta pada kehidupan orang tua, yang dapat mencegah anak-anak dari perilaku menyimpang. Ibu dan bayi
Jadi, lingkungan rumah seperti apa yang membuat anak berpotensi berperilaku menyimpang, khususnya, mengarah pada kecenderungan untuk menjadi psikopat? Psikolog anak Seto Mulyadi mengatakan beberapa faktor.
“Perilaku menyimpang dapat terbentuk pada anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang tidak disukai. Tetapi jika anak-anak, misalnya, tinggal di lingkungan kumuh dan penduduk setempat merawat anak-anak, mereka saling menjaga satu sama lain, kecenderungan psikopat mungkin ditekan, “kata Kak Seto, sapaan keluarganya, melalui siaran langsung, yang ditulis Senin (9/9/2020).
“Sebaliknya, jika anak itu hidup di lingkungan kelas menengah ke atas, tetapi tidak mendukungnya. Ayah dan ayahnya berkelahi, perkelahian dalam rumah tangga, tidak ada perhatian pada anak-anak dan kekerasan di rumah. Faktor-faktor ini benar-benar mempengaruhi anak untuk berkembang” . bakat psikopat. Saya telah melihat kontak psikopat “.
Sebuah tanda anak membawa psikopat, di antaranya cara menyiksa hewan, seperti pada remaja yang membunuh anak laki-laki berusia 6 tahun. Menyiksa dan sering membunuh binatang seperti katak dan kadal. Dia bahkan melemparkan kucing peliharaannya ke lantai dua karena dia marah.
Dalam kasus NF (15) yang membunuh APA (6) di Jakarta Pusat, Kamis (3/5/2020), orang tua NF akan bercerai. Setiap hari remaja itu tinggal di rumah bersama ayah dan ibu tirinya.
Polisi masih menyelidiki orang tua NF. Pemeriksaan juga terkait, jika perceraian orang tua mempengaruhi NF psikiatris, yang cenderung mengarah pada tindakan psikopat NF.
Selain lingkungan yang tidak menguntungkan, muncul pertanyaan tentang sosok ibu atau ayah, yang dapat berperan dalam membuat anak bertindak untuk mengambil kehidupan orang lain?
“Yang benar adalah keduanya. Setiap anak memiliki sosok, figur ayah, baik perempuan dan laki-laki. Jadi ada keseimbangan sehingga mereka dapat mengembangkan interaksi sosial nanti sebagai orang dewasa. Bagaimana menghadapi sesama jenis, lawan jenis dan sebagainya. pada, “jelas Kak Seto, yang juga adalah presiden LPAI.