Cara mengajari anak autis dengan baik

Anak autis memiliki kelainan perkembangan kognitif. Namun, ini tidak berarti bahwa mereka tidak dapat belajar dan berkembang. Ibu dan bayi
Direktur Inisiatif Autisme di Universitas Mercyhurst, Profesor Bradley McGarry, mengungkapkan bahwa jika orang tua terbuka dan langsung, anak-anak autis memiliki potensi untuk mengubah dunia. Misalnya, Steve Jobs, salah satu pengidap autisme yang telah terbukti mampu membuat kemajuan di dunia dengan karya teknologinya.
Ada strategi khusus untuk pengajaran dan pembelajaran yang efektif dengan anak-anak autis. Strategi pembelajaran berikut yang direkomendasikan oleh Brad:
1. Pemodelan
Bentuk pembelajaran ini dapat dilakukan dengan meniru atau memberikan contoh yang baik pada anak autis. Ini juga bertujuan untuk mengembangkan bakat Anda. Misalnya, berikan contoh cara melakukan kontak mata yang baik.
2. Pembelajaran Laten
Orang tua harus menciptakan sistem pembelajaran seperti tidak belajar. Selalu melibatkan komunikasi dua arah. Beri mereka kesempatan untuk berbicara dan biarkan mereka tahu bahwa mereka perlu memberi orang lain kesempatan untuk berbicara juga.
3. Puji secara positif
Semua orang dapat merasa dihargai jika mereka menerima pujian setelah melakukan sesuatu yang positif, seperti anak-anak dengan autisme. Nilai mereka dan ucapkan selamat kepada mereka karena Anda mungkin membuat mereka ingin melakukannya lagi.
4. Bagi semua kegiatan menjadi langkah-langkah.
Ajari sesuatu dengan membaginya menjadi langkah-langkah. Jika Anda ingin mengajari anak-anak autis untuk tidur, mulailah dengan mengundang mereka untuk berubah, menyikat gigi, dan memasuki ruangan.
Metode ini bisa dilakukan agar mereka bisa terbiasa dengan rangsangan yang membuat mereka cemas atau takut. Jika Anda takut laba-laba, Anda bisa mulai dengan menunjukkan foto laba-laba terlebih dahulu. Lanjutkan dengan video dan kemudian laba-laba asli.
5. Berikan waktu dan kesempatan untuk berlatih.
Mereka juga harus memiliki waktu dan kesempatan untuk terus berlatih berulang kali. Sehingga mereka bisa terbiasa melakukan kegiatan ini.
“Kami akan melatih mereka untuk wawancara kerja berulang kali. Jadi ketika mereka benar-benar diwawancarai dengan perusahaan, mereka sudah terbiasa,” kata Brad.